YOU ARE IN MY BLOG !

Kamis, 18 Juni 2009

Saat menonton KambingJantan the Movie

Berikut ini beberapa kutukan dalam hal nonton di bioskop :
-Telat datang
-Duduk disamping spoiler
-Perut kruyuk-an
-Film yang ditonton gak asik
Untungnya gw sedikit beruntung, pas nonton Kambing Jantan malam ini gw gak mengalami kutukan nomor dua. Tapiiii, kutukan terburuk yang gw alami dan sangat tidak gw harapkan adalah munculnya kutukan nomor empat *selevel dengan avada kadavra-nya Harry Potter. Kutukan mematikan dalam jagad nonton bioskop*.

KJ the movie
Dari kapan tau KambingJantan (KJ) akan difilmkan, gw udah berharap film ini akan beda. Akan membawa angin segar. Akan amat sangat menghibur. Apalagi kalau liat nama-nama didalam film ini. Ada Rudi Sudjarwo, Salman Aristo dan Raditya Dika sendiri. Gileeee gak tuh kombinasinya…? Yang pertama bikin optimis kalau film ini akan enak-dinikmati adalah unsur Salman Aristo sebagai penulis skenario, secara yaaa film-film yang udah dia pegang berkesan sekali di hati (Jomblo, AAC, Alexandria, Brownies, etc - > wiki wiki). Lalu Rudi Sudjarwo? Yaa, dulu menurutku dia itu Sutradara sepanjang masa sebelum gw berpaling ke Hanung Bramantyo, yang lebih berkesan kalau bikin film, menurutku. Lagian, karya Rudi menurutku angin-anginan, kadang menurutku OK, kadang gw malah gak paham. Yagh, orang jenius emang susah dimengerti kali yak..?

lanjoot…

Tapi, sayang sungguh sayang.

Semangat menggebu-gebu sebelum nonton berbanding terbalik dengan kesan di hatiku setelah nonton…(?!)

Begini ceritanya…
Jadi, dari kemaren-kemaren, gw en my friends udah janjian mw nonton KJ. Dapat tiket jam 18.30, dan alhamdulillah kita datang telat, tapi kayaknya gak telat-telat amatlah. Dari awal, gw udah mulai curiga, kenapa ceritanya lambat begin


i.…? Is it just me…?



Tapi tetap cuek ajah ngikutin, mencoba asik dan antusias. Daaannn, belom setengah perjalanan film, perasaan gw benar-benar gak enak. Mulai nguap-nguap gak jelas, mikir-mikir kapan ini film akan selesai, trus muncul pikiran ‘mending nonton yang laen’. OHH tidaaakkk,,yang terakhir itu pikiran kejam.



Jangan salahkan Aku sehingga muncul pikiran seperti itu.




Setelah nonton pun, setelah geliat-geliat bosan, Kresna en Hari bersuara. Kata mereka, film ini gak begitu asik. WAW, dan gw pun langsung mengangguk mantap.
Menurut blognya, cerita film ini memang akan sangat berbeda dengan bukunya. Di film lebih fokus ke cerita percintaan Kambing dan Kebo, dan tentang persahabatan Radith dengan Hariyanto. Dan tentu saja, dibumbui dengan cerita-cerita / kejadian konyol yang dialami Dika.


OK, emang itu aja sih intinya.


Tapi, [ lagi-lagi] sayangnya, gw gak nangkap apa yang mw diceritain Dika di film ini.


Kalau kata Kresna, ceritanya nanggung. Mw lucu, tapi gak lucu-lucu amat. Mw sedih, tapi juga gak sedih-sedih amat. Padahal menurutku, banyak quote yang bagus dan ngena banget, tp tetep aja jadinya kurang berkesan.
Sorry to say, tapi menurutku film ini gak punya cerita. Datar banget. Cuma pas adegan-adegan lebay aja gw ketawa, lainnya cuma bikin nguap. Hooaahheem. Bukan reaksi yang gw harepin dari buah karya penulis favoritku.

Apa sang kreator film berharap terlalu banyak dari unsur kelucuan Raditya Dika di buku, yang mana kalau di filmkan ituh sangat berbeda hasilnya?

Ada apa dengan kombinasi maut ituh yak…?

Rudi, Salman dan Dika…?

Atau akankah berbeda seandainya Salman Aristo kerjasama dengan Hanung Bramantyo…? Argh, tau deh. Yang penting, kecewa sama filmnya, tapi gak ikutan kecewa sama penulisnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar